Peninggalan sejarah Kerajaan Singosari di Jawa Timur - mantapbgt.com

Peninggalan sejarah Kerajaan Singosari di Jawa Timur

Sejarah Singkat Kerajaan Singosari

Kerajaan Singosari didirikan pada tahun 1222 Masehi oleh Ken Arok setelah ia membunuh Raja Tunggul Ametung dari Kerajaan Kediri. Menurut legenda, Ken Arok memulai karirnya sebagai pengemis dan kemudian menjadi prajurit di Kerajaan Kediri. Setelah membunuh Raja Tunggul Ametung, ia berhasil merebut tahta dan memproklamirkan dirinya sebagai raja Singosari yang pertama.

Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya. Raja Kertanegara dikenal sebagai raja yang bijaksana dan cerdas dalam bidang politik dan militer. Selain itu, ia juga dikenal sebagai patron seni dan sastra.

Namun, kejayaan Kerajaan Singosari tidak berlangsung lama. Pada tahun 1293 Masehi, pasukan Mongol di bawah pimpinan Kubilai Khan menyerbu Jawa dengan tujuan untuk menguasai kerajaan-kerajaan di pulau tersebut. Meskipun pasukan Singosari berhasil memukul mundur pasukan Mongol dalam pertempuran pertama, pada akhirnya pasukan Mongol berhasil mengalahkan Singosari pada pertempuran kedua.

Setelah kekalahan tersebut, Kerajaan Singosari runtuh dan kemudian digantikan oleh Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya, seorang keturunan Ken Arok. Meskipun Kerajaan Singosari hanya berlangsung selama 71 tahun, tetapi warisan budayanya masih sangat berharga dan menjadi saksi bisu sejarah kejayaan Kerajaan Singosari pada masa lalu.

Keberadaan Candi Singosari

Candi Singosari merupakan salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Singosari yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Candi ini terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini didirikan pada abad ke-14 oleh Raja Anusapati sebagai tempat pemakaman raja-raja Singosari.

Candi Singosari memiliki arsitektur yang mirip dengan Candi Penataran, yaitu terdiri dari tiga bagian yaitu base, tubuh, dan atap. Bagian base terdiri dari tiga tingkat yang dihiasi dengan relief. Relief tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu seperti pertanian, perburuan, dan perang.

Bagian tubuh candi memiliki beberapa kamar yang berisi arca-arca yang diletakkan di atas alas batu. Arca yang ditemukan di sana antara lain arca Dwarapala, arca Ganesha, dan arca Mahakala. Sedangkan bagian atap candi memiliki bentuk yang mirip dengan bangunan pagoda Cina.

Di sekitar Candi Singosari juga terdapat beberapa bangunan kecil yang diyakini sebagai tempat pemujaan dewa-dewa Hindu. Selain itu, di sekitar candi juga terdapat sumur yang diyakini sebagai tempat mandi suci untuk raja-raja Singosari.

Pada tahun 1815, Candi Singosari ditemukan oleh seorang arkeolog Belanda bernama Cornelius, kemudian dilakukan restorasi pada tahun 1931 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Candi Singosari saat ini masih menjadi objek wisata sejarah yang populer dan sering dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Kerajaan Singosari.

Arca dan Prasasti di Candi Singosari

Selain bangunan candi yang menjadi objek wisata sejarah, Candi Singosari juga memiliki beberapa arca dan prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Singosari pada masa lalu. Arca dan prasasti ini dapat ditemukan di beberapa kamar di dalam candi.

Arca Dwarapala adalah arca penjaga yang terletak di pintu masuk kamar utama candi. Arca ini memiliki ukuran yang besar dan dianggap sebagai arca penjaga tertua di Indonesia. Arca Ganesha juga dapat ditemukan di dalam candi dan diyakini sebagai arca pelindung yang digunakan pada saat upacara keagamaan.

Selain itu, arca Mahakala juga terdapat di dalam candi. Arca ini menggambarkan sosok dewa yang berwujud menyeramkan dengan taring yang panjang dan digunakan untuk melindungi bangunan candi.

Di samping arca, Candi Singosari juga memiliki beberapa prasasti. Prasasti Mantyasih dan prasasti Hantang adalah dua prasasti yang ditemukan di Candi Singosari. Prasasti Mantyasih ditemukan pada tahun 1951 oleh seorang arkeolog Indonesia bernama R. Soekmono. Prasasti ini berisi tentang raja-raja Singosari yang dimakamkan di Candi Singosari.

Sedangkan prasasti Hantang ditemukan pada tahun 1972 oleh seorang arkeolog Belanda bernama R.P. Soejono. Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah kepada pengikut Kerajaan Singosari yang berjasa dalam pertempuran melawan pasukan Mongol.

Baca juga:  Perkembangan Perfilman Indonesia dari Masa ke Masa

Arca dan prasasti di Candi Singosari menjadi bukti yang sangat penting dalam sejarah Kerajaan Singosari. Keberadaan arca dan prasasti tersebut membuktikan adanya peradaban yang maju pada masa itu. Arca dan prasasti tersebut juga menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Singosari pada masa lalu.

Benteng Kali Pancur

Benteng Kali Pancur adalah salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Singosari yang terletak di Desa Kali Pancur, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Kertanegara sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh.

Benteng Kali Pancur terdiri dari tiga bagian yaitu gerbang, benteng, dan bangunan inti. Gerbang terdiri dari dua pintu masuk yang dilengkapi dengan jembatan kayu yang dapat ditarik. Benteng terdiri dari tembok dan parit yang berfungsi sebagai penghalang bagi musuh yang mencoba menyerang benteng. Sedangkan bangunan inti berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya.

Bangunan inti benteng Kali Pancur memiliki arsitektur yang unik dan khas. Bangunan ini terdiri dari tiga lantai yang saling terhubung dengan tangga di dalamnya. Lantai pertama digunakan sebagai tempat tinggal raja, sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan. Lantai ketiga digunakan sebagai tempat persembunyian dan tempat penyimpanan harta karun.

Di sekitar benteng Kali Pancur terdapat beberapa situs sejarah lainnya seperti Makam Tumenggung Wijaya Kusuma dan sisa-sisa dinding benteng lainnya. Makam Tumenggung Wijaya Kusuma merupakan makam dari salah satu kerabat raja yang terletak di sebelah barat benteng.

Benteng Kali Pancur merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Meskipun saat ini hanya tersisa sisa-sisa dinding dan bangunan, namun benteng ini menjadi bukti keberadaan peradaban yang maju pada masa itu. Benteng Kali Pancur juga menjadi objek wisata sejarah yang populer dan sering dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Kerajaan Singosari.

Museum Singosari

Museum Singosari adalah sebuah museum yang terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Museum ini didirikan pada tahun 2003 dan menjadi salah satu objek wisata sejarah yang populer di Malang.

Museum Singosari menyimpan berbagai koleksi artefak dan benda-benda peninggalan Kerajaan Singosari. Koleksi artefak tersebut terdiri dari berbagai macam benda seperti arca, prasasti, patung, dan keramik yang ditemukan di sekitar kompleks Candi Singosari.

Salah satu koleksi terkenal di Museum Singosari adalah arca-arca yang ditemukan di sekitar Candi Singosari. Arca-arca tersebut terbuat dari batu andesit dengan ukuran yang bervariasi. Arca-arca tersebut merupakan bukti keberadaan seni rupa Hindu-Buddha pada masa Kerajaan Singosari.

Selain arca-arca, Museum Singosari juga menyimpan berbagai prasasti yang ditemukan di sekitar Candi Singosari. Prasasti tersebut berisi tentang sejarah dan keberadaan Kerajaan Singosari pada masa lalu. Prasasti-prasasti tersebut juga menjadi bukti bahwa Kerajaan Singosari pernah menjadi kekuatan besar pada masa itu.

Di Museum Singosari juga terdapat sebuah replika dari bangunan inti Candi Singosari. Replika ini dibangun untuk memperlihatkan bagaimana tata letak dan bentuk bangunan inti Candi Singosari pada masa lalu. Pengunjung dapat melihat dengan jelas bagaimana bentuk bangunan inti tersebut dan dapat mempelajari lebih lanjut mengenai sejarah Kerajaan Singosari.

Museum Singosari menjadi objek wisata sejarah yang populer dan sering dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Kerajaan Singosari. Dengan adanya Museum Singosari, pengunjung dapat melihat langsung peninggalan sejarah Kerajaan Singosari dan mempelajari lebih lanjut mengenai kebudayaan dan keberadaan Kerajaan Singosari pada masa lalu.

Benteng Pendem

Benteng Pendem adalah sebuah benteng bersejarah yang terletak di Desa Pendem, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Singosari dan merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini.

Benteng Pendem memiliki bentuk yang unik dan strategis. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit dan dikelilingi oleh sungai. Hal ini membuat Benteng Pendem menjadi sulit untuk diakses oleh musuh. Selain itu, Benteng Pendem juga memiliki dinding yang tebal dan tinggi dengan bentuk yang berundak-undak, yang membuat musuh sulit untuk menyerang secara langsung.

Baca juga:  Perkembangan perbankan di Indonesia dari masa kolonial hingga kini

Di dalam Benteng Pendem, terdapat ruangan-ruangan yang diduga digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata dan logistik pada masa itu. Di sekitar Benteng Pendem, terdapat beberapa situs sejarah yang juga menjadi bukti keberadaan peradaban pada masa lalu, seperti Candi Singosari dan Museum Singosari.

Benteng Pendem menjadi objek wisata sejarah yang populer dan sering dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Kerajaan Singosari. Dalam rangka menjaga kelestarian dan kesejahteraan masyarakat sekitar, Pemerintah Kabupaten Malang mengembangkan Benteng Pendem sebagai objek wisata yang ramah lingkungan. Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Benteng Pendem adalah hiking, berkemah, dan bermain air di sungai sekitar benteng.

Benteng Pendem menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan agar dapat dijaga kelestariannya dan sebagai saksi bisu sejarah peradaban bangsa Indonesia. Dengan mengunjungi Benteng Pendem, wisatawan dapat mempelajari lebih lanjut mengenai keberadaan dan peran Benteng Pendem pada masa lalu, serta menikmati keindahan alam sekitar Benteng Pendem yang masih alami dan asri.

Keramik Singosari

Keramik Singosari adalah sebuah jenis keramik yang dibuat pada masa pemerintahan Kerajaan Singosari pada abad ke-13. Keramik Singosari memiliki keunikan dalam bentuk, desain, dan motif yang mencerminkan seni dan budaya pada masa itu.

Bentuk dari Keramik Singosari umumnya adalah bulat atau oval dengan mulut yang lebar dan berbentuk pipih. Keramik ini memiliki permukaan yang halus dan tipis dengan warna-warna yang cerah seperti putih, hijau, dan kuning. Selain itu, Keramik Singosari juga memiliki pola hias yang terdiri dari garis-garis melingkar atau segitiga dan dihiasi dengan gambar-gambar seperti bunga, daun, burung, dan hewan lainnya.

Keramik Singosari digunakan sebagai benda fungsional pada masa itu, seperti wadah penyimpanan makanan atau minuman. Keramik ini juga digunakan sebagai hiasan pada dinding dan pelataran di sekitar istana Kerajaan Singosari. Penggunaan Keramik Singosari sebagai hiasan pada dinding ini menggambarkan kemewahan dan keindahan pada masa itu serta sebagai bukti bahwa Kerajaan Singosari memiliki keahlian dan kemampuan yang tinggi dalam membuat keramik yang indah dan bernilai seni tinggi.

Keramik Singosari menjadi bukti penting dari keberadaan Kerajaan Singosari dan sekaligus merupakan bukti kemajuan dalam seni rupa pada masa itu. Seiring dengan perkembangan zaman, Keramik Singosari menjadi sangat langka dan sulit untuk ditemukan. Oleh karena itu, keramik ini menjadi sangat berharga dan menjadi bagian penting dalam sejarah seni dan budaya Indonesia.

Keramik Singosari dapat dilihat dan dipelajari di Museum Singosari di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Museum ini menyimpan berbagai koleksi artefak dan benda-benda peninggalan Kerajaan Singosari, termasuk Keramik Singosari. Dengan mengunjungi Museum Singosari, pengunjung dapat melihat langsung keramik ini dan mempelajari lebih lanjut mengenai keberadaan dan sejarah Kerajaan Singosari.

Budaya Wayang Kulit

Budaya Wayang Kulit adalah salah satu kebudayaan yang khas dan populer di Indonesia, terutama di Jawa. Wayang Kulit merupakan seni tradisional berupa pertunjukan boneka kulit yang digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita epik dari mitologi Hindu atau Mahabharata dan Ramayana. Wayang Kulit biasanya dipentaskan pada saat upacara adat, upacara pernikahan, atau acara budaya lainnya.

Wayang Kulit dibuat dari kulit kerbau atau sapi yang diolah menjadi bentuk-bentuk karakter seperti raja, ksatria, dewa, dan tokoh-tokoh lainnya dalam cerita epik. Setiap karakter dalam Wayang Kulit memiliki ciri khas dan tata cara sendiri yang berbeda-beda sesuai dengan karakter dan perannya dalam cerita. Boneka ini dimainkan oleh seorang dalang yang juga bertugas sebagai pengisi suara dan pengarah pertunjukan.

Dalam pertunjukan Wayang Kulit, pengiring musik tradisional Jawa seperti gamelan dimainkan untuk menambah kesan dramatis dan menambah suasana pertunjukan. Musik gamelan tersebut juga dapat disesuaikan dengan karakter dalam cerita, sehingga menambah suasana dan suasana hati dari penonton.

Wayang Kulit juga menjadi media untuk mempelajari sejarah dan budaya Indonesia. Setiap cerita dalam Wayang Kulit memiliki pesan moral yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mempengaruhi etos dan sikap masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Wayang Kulit dianggap sebagai sebuah warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan.

Baca juga:  Jejak peradaban zaman prasejarah di Indonesia

Selain itu, Wayang Kulit juga menjadi objek wisata budaya yang populer di Indonesia. Wayang Kulit dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa. Beberapa daerah yang terkenal dengan seni Wayang Kulit antara lain Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon. Ada juga beberapa museum yang menyimpan koleksi boneka Wayang Kulit, seperti Museum Wayang di Jakarta dan Museum Wayang Kulit dalang Ki Manteb Sudarsono di Surakarta.

Dengan mengunjungi pertunjukan Wayang Kulit, pengunjung dapat menikmati keindahan seni tradisional Indonesia serta mempelajari lebih lanjut mengenai sejarah dan kebudayaan Indonesia. Hal ini menjadi penting dalam menjaga dan melestarikan seni budaya Wayang Kulit agar tetap hidup dan berkembang di masa yang akan datang.

Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang adalah salah satu tarian tradisional Jawa yang dianggap sebagai tarian sakral dan memiliki nilai sejarah yang penting. Tarian ini berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta dan hanya ditarikan pada acara-acara kebesaran, seperti saat perayaan tahun baru Jawa atau saat upacara penobatan Sultan.

Tarian Bedhaya Ketawang dianggap sebagai tarian tertinggi di Keraton Kasunanan Surakarta, yang hanya boleh ditampilkan oleh beberapa penari yang terlatih secara khusus. Tarian ini menceritakan kisah dari Dewi Sri, yang merupakan dewi kesuburan dan kesejahteraan dalam mitologi Jawa.

Dalam Tari Bedhaya Ketawang, para penari mengenakan kostum tradisional yang terbuat dari kain sutra dengan warna-warna cerah, seperti merah, hijau, dan emas. Selain itu, para penari juga mengenakan mahkota dari emas dan perhiasan yang indah sebagai aksesoris.

Tarian ini dilakukan dengan gerakan-gerakan yang lembut dan penuh makna, yang menggambarkan keindahan dan keanggunan Dewi Sri. Para penari juga mengikuti irama musik gamelan yang dimainkan secara live di sebelah panggung. Musik gamelan tersebut memiliki irama yang khusus dan disesuaikan dengan gerakan penari, sehingga menambah kesan dramatis dan indah dari tarian ini.

Tarian Bedhaya Ketawang menjadi bagian penting dari kebudayaan Jawa dan menjadi simbol dari keindahan dan kesakralan budaya Jawa. Oleh karena itu, tarian ini harus dijaga kelestariannya dan terus dilestarikan agar dapat dinikmati oleh generasi muda Indonesia.

Dalam upaya melestarikan Tari Bedhaya Ketawang, beberapa pusat seni di Jawa, seperti di Surakarta dan Yogyakarta, memberikan pelatihan khusus untuk para penari muda yang ingin belajar tarian ini. Selain itu, Tari Bedhaya Ketawang juga sering ditampilkan pada acara-acara budaya dan festival di Indonesia, sehingga dapat dilihat dan dinikmati oleh masyarakat luas.

Dengan mengunjungi penampilan Tari Bedhaya Ketawang, pengunjung dapat menyaksikan keindahan seni tradisional Jawa serta mempelajari lebih lanjut mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa. Hal ini menjadi penting dalam menjaga dan melestarikan seni budaya Jawa agar tetap hidup dan berkembang di masa yang akan datang.

Peninggalan Sejarah yang Perlu Dilestarikan

Peninggalan sejarah Kerajaan Singosari merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk melestarikan peninggalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui pemeliharaan dan pengembangan serta pendidikan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga warisan budaya.

Kesimpulan

Kerajaan Singosari merupakan sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri pada abad ke-13 di Jawa Timur. Peninggalan sejarah yang masih tersisa antara lain Candi Singosari, Benteng Kali Pancur, Bukit Siguntang, Museum Singosari, Benteng Pendem, keramik Singosari, budaya wayang kulit, dan tari Bedhaya Ketawang. Peninggalan sejarah ini menjadi warisan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dan perlu dilestarikan.

Referensi

  1. Poerwadi, Soedarsono. (1991). Kerajaan Singosari. Jakarta: Depdikbud.
  2. Setyowati, E. (2015). Peninggalan Sejarah Kerajaan Singosari. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
  3. Sumadio, B. (2004). Arkeologi Kerajaan Singosari. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
  4. Tjahjono, S. (2010). Candi Singosari dan Sejarahnya. Jakarta: Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia.
  5. Widodo, S. (2012). Peninggalan Sejarah Kerajaan Singosari. Malang: Brawijaya University Press.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × 4 =