Peranan Belanda dalam sejarah arsitektur Indonesia - mantapbgt.com

Peranan Belanda dalam sejarah arsitektur Indonesia

Indonesia memiliki sejarah arsitektur yang panjang dan kaya. Dalam perkembangannya, arsitektur Indonesia dipengaruhi oleh banyak budaya, termasuk pengaruh dari Belanda. Belanda memiliki peran yang cukup besar dalam pengembangan arsitektur Indonesia pada masa kolonial mereka. Berikut adalah beberapa hal tentang peran Belanda dalam sejarah arsitektur Indonesia.

Arsitektur Kolonial

Arsitektur kolonial Belanda merupakan gaya arsitektur yang paling banyak ditemukan di Indonesia pada masa kolonial Belanda. Gaya arsitektur ini mencakup berbagai jenis bangunan, dari rumah-rumah pribadi hingga gedung-gedung pemerintahan dan perusahaan. Arsitektur kolonial Belanda memiliki karakteristik yang khas, termasuk atap pelana, pintu dan jendela kaca besar, dan balkon di depan bangunan.

Salah satu contoh bangunan arsitektur kolonial Belanda yang terkenal adalah Gedung Sate di Bandung. Bangunan ini dibangun pada tahun 1920-an dan merupakan salah satu contoh terbaik dari arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Gedung Sate memiliki atap pelana khas dengan hiasan puncak yang menjulang tinggi, serta ornamen-ornamen dekoratif yang terinspirasi oleh seni tradisional Sunda.

Selain Gedung Sate, beberapa contoh bangunan arsitektur kolonial Belanda lainnya di Indonesia adalah Gedung Gajah Mada di Jakarta, Gedung Bank Indonesia di Medan, dan Gedung De Javasche Bank di Surabaya. Semua bangunan ini memiliki ciri khas yang sama, yaitu atap pelana, pintu dan jendela kaca besar, dan balkon.

Penggunaan bahan-bahan seperti kayu, bata merah, dan kaca merupakan hal yang umum dalam arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Selain itu, ornamen-ornamen dekoratif yang terinspirasi oleh seni tradisional Indonesia juga sering diaplikasikan pada bangunan-bangunan arsitektur kolonial Belanda. Ornamen-ornamen ini dapat ditemukan pada jendela, pintu, dan bahkan pada hiasan dinding.

Arsitektur kolonial Belanda memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan arsitektur di Indonesia. Bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, arsitek Indonesia masih terinspirasi oleh arsitektur kolonial Belanda dan menciptakan karya-karya yang menggabungkan unsur-unsur arsitektur tradisional Indonesia dengan gaya arsitektur modern yang dipengaruhi oleh arsitektur Belanda.

Gaya Art Deco

Gaya Art Deco adalah gaya arsitektur yang berkembang pada tahun 1920-an dan 1930-an. Gaya ini pertama kali muncul di Prancis dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Gaya Art Deco ditandai dengan penggunaan bentuk geometris yang bersih, ornamen dekoratif, dan material modern seperti beton bertulang dan kaca.

Pengaruh gaya Art Deco dapat ditemukan pada banyak bangunan komersial dan publik di Indonesia, seperti gedung perkantoran, bioskop, dan hotel. Beberapa contoh bangunan Art Deco yang terkenal di Indonesia adalah Gedung Kerta Niaga di Jakarta, Gedung Sampoerna di Surabaya, dan Gedung PTPN III di Bandung.

Gedung Kerta Niaga, yang dibangun pada tahun 1930, merupakan salah satu contoh terbaik dari gaya Art Deco di Indonesia. Bangunan ini memiliki ornamen-ornamen dekoratif yang mencolok, termasuk hiasan relief pada dinding dan pintu. Selain itu, gedung ini juga menggunakan material modern seperti beton bertulang dan kaca.

Gaya Art Deco sangat populer pada masa itu karena memberikan tampilan modern dan elegan. Gaya ini juga merupakan simbol kemajuan dan keberhasilan, karena banyak digunakan pada bangunan-bangunan komersial dan publik yang menggambarkan kemakmuran dan kejayaan suatu negara.

Meskipun gaya Art Deco tidak begitu populer lagi pada masa sekarang, banyak bangunan-bangunan Art Deco yang masih bertahan di Indonesia dan menjadi bagian dari warisan arsitektur negara ini. Gaya Art Deco juga memberikan pengaruh pada perkembangan arsitektur di Indonesia pada masa selanjutnya, termasuk pada gaya arsitektur modern yang terus berkembang hingga saat ini.

Gedung-Gedung Pemerintah

Bangunan-bangunan pemerintah yang dibangun pada masa kolonial Belanda di Indonesia memiliki ciri khas yang kental. Bangunan-bangunan seperti kantor pos, kantor gubernur, dan balai kota sering menggunakan arsitektur kolonial Belanda. Selain itu, bangunan-bangunan ini juga dihiasi dengan patung-patung dan ornamen yang mencerminkan kebesaran Belanda.

Contoh bangunan pemerintah kolonial Belanda yang terkenal di Indonesia adalah Istana Merdeka di Jakarta. Istana ini dibangun pada tahun 1873 dan awalnya digunakan sebagai kediaman Gubernur Jenderal Belanda. Bangunan ini memiliki ciri khas arsitektur kolonial Belanda, dengan atap pelana, pintu dan jendela kaca besar, dan balkon. Selain itu, istana ini juga dihiasi dengan patung-patung dan ornamen dekoratif.

Selain Istana Merdeka, masih banyak lagi bangunan pemerintah kolonial Belanda yang dapat ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah Balai Kota Surabaya, Kantor Pos Besar Jakarta, dan Gedung Societeit Concordia di Bandung. Semua bangunan ini memiliki ciri khas arsitektur kolonial Belanda, dengan atap pelana, pintu dan jendela kaca besar, dan balkon.

Baca juga:  Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: perjuangan dan momen emosional

Penggunaan bahan-bahan seperti kayu, bata merah, dan kaca merupakan hal yang umum dalam arsitektur pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Selain itu, ornamen-ornamen dekoratif yang terinspirasi oleh seni tradisional Indonesia juga sering diaplikasikan pada bangunan-bangunan pemerintah kolonial Belanda.

Bangunan-bangunan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia merupakan bagian penting dari sejarah arsitektur Indonesia. Meskipun banyak bangunan ini sudah mengalami perubahan dan renovasi, masih banyak yang bertahan dan menjadi saksi bisu dari masa lalu Indonesia. Bangunan-bangunan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia menjadi bukti nyata dari peran Belanda dalam pengembangan arsitektur Indonesia pada masa kolonial mereka.

Penggunaan Bata Merah

Penggunaan bata merah merupakan hal yang umum dalam arsitektur Indonesia, terutama pada masa kolonial Belanda. Bahan ini dipilih karena ketersediaannya yang melimpah di Indonesia dan kemampuannya untuk menjaga suhu bangunan tetap sejuk di tengah cuaca tropis yang panas dan lembap.

Pada masa kolonial Belanda, banyak bangunan-bangunan penting di Indonesia yang dibangun dengan menggunakan bata merah sebagai bahan utama. Beberapa contohnya adalah Gedung Sate di Bandung, Stasiun Kereta Api Gambir di Jakarta, dan Gereja Blenduk di Semarang.

Penggunaan bata merah juga terus berkembang pada masa selanjutnya dan masih menjadi bahan bangunan yang umum digunakan hingga saat ini. Banyak rumah-rumah tradisional di Indonesia yang dibangun dengan menggunakan bata merah. Selain itu, bata merah juga sering digunakan pada bangunan-bangunan modern seperti gedung perkantoran, apartemen, dan pusat perbelanjaan.

Selain fungsinya sebagai bahan bangunan, bata merah juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Warna merah kecoklatan dari bata merah memberikan tampilan yang khas dan natural pada bangunan. Ornamen-ornamen dekoratif juga sering ditemukan pada dinding bata merah, seperti hiasan relief atau ukiran.

Penggunaan bata merah dalam arsitektur Indonesia tidak hanya memberikan manfaat fungsional, tetapi juga memberikan nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Banyak bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia yang masih bertahan dan menjadi saksi bisu dari masa lalu Indonesia yang menggunakan bata merah sebagai bahan utama pembangunan.

Pengaruh Arsitektur Hindu-Jawa

Arsitektur Hindu-Jawa merupakan gaya arsitektur yang berkembang di Indonesia pada masa prakolonial, khususnya pada era Kerajaan Hindu-Buddha. Gaya arsitektur ini terinspirasi dari agama Hindu-Buddha dan dipengaruhi oleh arsitektur India dan China.

Salah satu contoh bangunan arsitektur Hindu-Jawa yang terkenal di Indonesia adalah Candi Borobudur di Yogyakarta. Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan merupakan salah satu peninggalan arsitektur Hindu-Buddha terbesar di dunia. Bangunan ini memiliki arsitektur yang kompleks, dengan tiga tingkat utama dan dilengkapi dengan relief-relief yang menceritakan kisah-kisah Buddha.

Selain Candi Borobudur, masih banyak bangunan-bangunan Hindu-Jawa lainnya yang dapat ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah Candi Prambanan di Yogyakarta, Candi Mendut di Magelang, dan Candi Sewu di Klaten. Semua bangunan ini memiliki ciri khas arsitektur Hindu-Jawa, termasuk atap pelana, relief-relief dekoratif, dan ukiran-ukiran yang rumit.

Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa tidak hanya terlihat pada bangunan-bangunan purbakala, tetapi juga pada bangunan-bangunan modern di Indonesia. Banyak arsitek Indonesia yang terinspirasi oleh arsitektur Hindu-Jawa dan menciptakan karya-karya arsitektur yang menggabungkan unsur-unsur arsitektur Hindu-Jawa dengan gaya arsitektur modern.

Selain memberikan nilai estetika yang tinggi, pengaruh arsitektur Hindu-Jawa juga memberikan nilai sejarah dan budaya yang penting bagi Indonesia. Arsitektur Hindu-Jawa menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih mempengaruhi perkembangan arsitektur Indonesia hingga saat ini.

Gaya Indische

Gaya Indische adalah gaya arsitektur yang berkembang di Indonesia pada masa kolonial Belanda. Gaya ini dipengaruhi oleh arsitektur Belanda, India, dan Indonesia, sehingga menghasilkan gaya yang unik dan khas.

Contoh bangunan yang mewakili gaya Indische di Indonesia adalah Gedung Lawang Sewu di Semarang. Gedung ini dibangun pada awal abad ke-20 dan menjadi salah satu contoh terbaik dari gaya Indische. Bangunan ini memiliki ciri khas yang mencolok, seperti atap pelana dengan hiasan puncak menjulang, kolom-kolom besar, dan hiasan-hiasan dekoratif yang rumit.

Selain Gedung Lawang Sewu, masih banyak bangunan-bangunan lain di Indonesia yang mengadopsi gaya Indische. Beberapa contohnya adalah Stasiun Kereta Api Tugu di Yogyakarta, Gedung De Javasche Bank di Jakarta, dan Rumah Sakit Tjikini di Jakarta. Semua bangunan ini memiliki ciri khas yang sama, yaitu menggabungkan unsur-unsur arsitektur Belanda, India, dan Indonesia.

Penggunaan bahan-bahan seperti batu alam, kayu, dan kaca menjadi hal yang umum dalam gaya Indische. Selain itu, hiasan-hiasan dekoratif seperti ukiran kayu dan patung-patung sering diaplikasikan pada bangunan-bangunan gaya Indische. Hal ini memberikan nilai estetika yang tinggi pada bangunan-bangunan tersebut.

Baca juga:  Perkembangan seni lukis di Indonesia dari masa ke masa

Gaya Indische memberikan pengaruh yang kuat pada perkembangan arsitektur di Indonesia pada masa kolonial Belanda. Gaya ini menciptakan karya-karya arsitektur yang unik dan menggabungkan unsur-unsur dari berbagai budaya yang ada di Indonesia pada masa itu. Meskipun tidak begitu populer lagi pada masa sekarang, masih banyak bangunan-bangunan gaya Indische di Indonesia yang bertahan dan menjadi bagian dari warisan arsitektur negara ini.

Gedung Perkantoran

Bangunan perkantoran adalah salah satu jenis bangunan yang paling banyak ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Bangunan perkantoran terutama digunakan untuk kegiatan bisnis, seperti kantor pemerintah, perusahaan swasta, dan kantor administratif.

Pada masa kolonial Belanda, banyak gedung perkantoran dibangun di Indonesia dengan menggunakan gaya arsitektur kolonial Belanda. Beberapa contohnya adalah Gedung De Javasche Bank di Jakarta, Gedung Societeit Concordia di Bandung, dan Gedung Huis van Java di Semarang. Gedung-gedung tersebut memiliki ciri khas arsitektur kolonial Belanda, seperti atap pelana, pintu dan jendela kaca besar, dan balkon.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, gaya arsitektur bangunan perkantoran di Indonesia juga berubah. Banyak arsitek Indonesia menciptakan karya-karya arsitektur perkantoran yang modern dan inovatif, dengan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan teknologi yang terbaru.

Bangunan perkantoran modern di Indonesia sering menggunakan bahan-bahan seperti kaca, aluminium, dan beton bertulang. Selain itu, bangunan-bangunan ini juga dirancang dengan mengutamakan efisiensi energi dan ramah lingkungan, seperti penggunaan sistem pendingin udara yang hemat energi, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, dan pengaturan tata ruang yang lebih efisien.

Meskipun begitu, banyak juga bangunan perkantoran modern di Indonesia yang menciptakan gaya arsitektur yang unik dan menarik. Beberapa contohnya adalah Menara BCA di Jakarta, Menara Thamrin di Jakarta, dan Wisma 46 di Jakarta. Bangunan-bangunan tersebut memiliki desain yang futuristik dan menonjolkan keindahan arsitektur modern.

Bangunan perkantoran merupakan bagian penting dari perkembangan arsitektur di Indonesia. Bangunan-bangunan ini mencerminkan perkembangan teknologi dan kebutuhan bisnis yang berkembang di Indonesia. Selain itu, bangunan perkantoran juga memberikan nilai estetika dan nilai sejarah bagi Indonesia.

Rumah-Rumah Belanda

Rumah-rumah Belanda adalah salah satu jenis bangunan yang paling banyak ditemukan di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang pernah menjadi pusat kolonial Belanda. Bangunan ini umumnya memiliki ciri khas arsitektur Belanda, seperti atap miring, pintu dan jendela besar, dan balkon.

Pada masa kolonial Belanda, banyak rumah-rumah Belanda dibangun di Indonesia dengan menggunakan gaya arsitektur Belanda. Beberapa contohnya adalah Rumah Si Pitung di Jakarta, Rumah Merah Putih di Surabaya, dan Rumah Empat Penjuru di Bandung. Rumah-rumah tersebut memiliki ciri khas arsitektur Belanda, seperti atap miring, pintu dan jendela besar, dan balkon.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, rumah-rumah Belanda di Indonesia juga berubah. Banyak arsitek Indonesia menciptakan karya-karya arsitektur rumah yang modern dan inovatif dengan mengambil inspirasi dari rumah-rumah Belanda tradisional. Beberapa contohnya adalah Rumah Kantor Balai Kota Surabaya, Rumah Kampung Tohpati di Bali, dan Rumah Tebet di Jakarta.

Rumah-rumah modern di Indonesia sering menggunakan bahan-bahan seperti kayu, kaca, dan beton bertulang. Selain itu, rumah-rumah ini juga dirancang dengan mengutamakan efisiensi energi dan ramah lingkungan, seperti penggunaan sistem pengatur suhu ruangan dan pengaturan tata ruang yang lebih efisien.

Meskipun begitu, banyak juga rumah-rumah modern di Indonesia yang menciptakan gaya arsitektur yang unik dan menarik dengan tetap menggabungkan unsur-unsur arsitektur Belanda. Beberapa contohnya adalah Rumah Lembang di Bandung, Rumah Miring di Semarang, dan Rumah Pondok Indah di Jakarta. Rumah-rumah tersebut memiliki desain yang futuristik dan menonjolkan keindahan arsitektur modern yang unik.

Rumah-rumah Belanda merupakan bagian penting dari perkembangan arsitektur di Indonesia. Rumah-rumah ini mencerminkan perpaduan kebudayaan dan gaya arsitektur yang khas di Indonesia. Selain itu, rumah-rumah Belanda juga memberikan nilai estetika dan nilai sejarah bagi Indonesia.

Gedung-Gedung Perbelanjaan

Gedung-gedung perbelanjaan menjadi tempat populer untuk kegiatan pembelian barang dan jasa di Indonesia. Pada awalnya, gedung-gedung perbelanjaan di Indonesia dibangun dengan menggunakan gaya arsitektur tradisional. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, gaya arsitektur gedung perbelanjaan di Indonesia juga berubah.

Banyak arsitek Indonesia menciptakan karya-karya arsitektur perbelanjaan yang modern dan inovatif. Bangunan perbelanjaan modern di Indonesia sering menggunakan bahan-bahan seperti kaca, aluminium, dan beton bertulang. Selain itu, bangunan-bangunan ini juga dirancang dengan mengutamakan efisiensi energi dan ramah lingkungan, seperti penggunaan sistem pendingin udara yang hemat energi, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, dan pengaturan tata ruang yang lebih efisien.

Meskipun begitu, banyak juga gedung perbelanjaan modern di Indonesia yang menciptakan gaya arsitektur yang unik dan menarik. Beberapa contohnya adalah Grand Indonesia di Jakarta, Plaza Indonesia di Jakarta, dan Tunjungan Plaza di Surabaya. Bangunan-bangunan tersebut memiliki desain yang futuristik dan menonjolkan keindahan arsitektur modern.

Baca juga:  Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Masa ke Masa

Penggunaan teknologi dalam bangunan perbelanjaan modern di Indonesia juga semakin canggih, seperti penggunaan teknologi untuk memudahkan transaksi pembelian, pengaturan tata ruang yang lebih efisien, dan penggunaan teknologi multimedia untuk menarik perhatian pengunjung.

Gedung-gedung perbelanjaan juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Mereka memberikan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan bagi pemilik bisnis dan para pekerja. Selain itu, gedung-gedung perbelanjaan juga menjadi daya tarik bagi wisatawan, yang juga berdampak positif pada industri pariwisata.

Di masa depan, arsitektur gedung-gedung perbelanjaan di Indonesia masih terus berkembang. Diharapkan bahwa gedung-gedung perbelanjaan di masa depan akan lebih ramah lingkungan, efisien, dan estetis sehingga memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan bagi masyarakat dan pengunjung.

Gedung-Gedung Sekolah

Gedung-gedung perbelanjaan merupakan salah satu jenis bangunan yang paling banyak ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Bangunan ini terutama digunakan untuk kegiatan perdagangan dan pembelian barang, seperti pusat perbelanjaan, pasar modern, dan toko-toko besar.

Pada awalnya, gedung-gedung perbelanjaan di Indonesia dibangun dengan menggunakan gaya arsitektur tradisional. Beberapa contohnya adalah Pasar Baru di Jakarta, Pasar Badung di Bali, dan Pasar Gede Solo di Solo. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, gaya arsitektur gedung perbelanjaan di Indonesia juga berubah. Banyak arsitek Indonesia menciptakan karya-karya arsitektur perbelanjaan yang modern dan inovatif.

Bangunan perbelanjaan modern di Indonesia sering menggunakan bahan-bahan seperti kaca, aluminium, dan beton bertulang. Selain itu, bangunan-bangunan ini juga dirancang dengan mengutamakan efisiensi energi dan ramah lingkungan, seperti penggunaan sistem pendingin udara yang hemat energi, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, dan pengaturan tata ruang yang lebih efisien.

Meskipun begitu, banyak juga gedung perbelanjaan modern di Indonesia yang menciptakan gaya arsitektur yang unik dan menarik. Beberapa contohnya adalah Grand Indonesia di Jakarta, Plaza Indonesia di Jakarta, dan Tunjungan Plaza di Surabaya. Bangunan-bangunan tersebut memiliki desain yang futuristik dan menonjolkan keindahan arsitektur modern.

Penggunaan teknologi dalam bangunan perbelanjaan modern di Indonesia juga semakin canggih, seperti penggunaan teknologi untuk memudahkan transaksi pembelian, pengaturan tata ruang yang lebih efisien, dan penggunaan teknologi multimedia untuk menarik perhatian pengunjung.

Gedung-gedung perbelanjaan merupakan bagian penting dari perkembangan arsitektur di Indonesia. Gedung-gedung ini mencerminkan perkembangan teknologi dan kebutuhan bisnis yang berkembang di Indonesia. Selain itu, gedung-gedung perbelanjaan juga memberikan nilai estetika dan nilai ekonomi yang tinggi bagi Indonesia.

Arsitektur Modern

Arsitektur Modern adalah gaya arsitektur yang berkembang pada abad ke-20 dan terus berkembang hingga saat ini. Gaya arsitektur ini menekankan pada penggunaan bahan-bahan modern, teknologi canggih, dan desain yang bersifat fungsional dan minimalis.

Gaya arsitektur modern di Indonesia mengambil banyak inspirasi dari arsitektur modern Barat, seperti gaya arsitektur Bauhaus di Jerman dan gaya arsitektur Modernis di Amerika Serikat. Beberapa contoh bangunan arsitektur modern di Indonesia adalah Gelora Bung Karno Stadium di Jakarta, Menara BCA di Jakarta, dan Museum MACAN di Jakarta.

Bangunan-bangunan arsitektur modern di Indonesia memiliki ciri khas yang mencolok, seperti penggunaan bahan-bahan modern seperti kaca, aluminium, dan beton bertulang, desain yang bersih dan minimalis, serta penggunaan teknologi canggih dalam tata letak dan fasilitas bangunan.

Dalam arsitektur modern, tata letak bangunan juga menjadi bagian penting dalam perancangan bangunan. Bangunan arsitektur modern di Indonesia biasanya dirancang dengan pengaturan tata letak yang efisien, dengan memperhatikan keterkaitan antara ruang dalam bangunan.

Keberadaan bangunan arsitektur modern di Indonesia memberikan nilai estetika yang tinggi dan mencerminkan kemajuan teknologi serta perubahan sosial dan budaya yang terjadi. Selain itu, bangunan-bangunan ini juga memberikan nilai sejarah dan budaya yang penting bagi Indonesia, karena banyak di antaranya menjadi bagian dari warisan arsitektur Indonesia dan memberikan bukti akan perkembangan arsitektur di Indonesia.

Kesimpulan

Peran Belanda dalam sejarah arsitektur Indonesia cukup besar dan signifikan. Arsitektur kolonial Belanda, gaya Art Deco, penggunaan bata merah, dan gaya Indische adalah beberapa contoh pengaruh arsitektur Belanda di Indonesia. Selain itu, pengaruh arsitektur Hindu-Jawa juga turut mempengaruhi arsitektur Indonesia. Pasca-kemerdekaan, arsitektur Indonesia mulai berkembang dengan pesat dan menciptakan karya-karya arsitektur yang modern dan kreatif.

Referensi Buku

  1. “Architecture in Indonesia: A Survey of Influences” oleh Gunawan Tjahjono
  2. “Java Style” oleh Peter Schoppert
  3. “The Dutch East Indies: Architecture and Urbanism” oleh Pauline K. M. van Roosmalen
  4. “Indonesia: The Living Heritage, Architecture in Indonesia” oleh Marcello Tranchini
  5. “The Old Indies: The Colonial Architecture, Landscape and Urban Development in Indonesia” oleh Jan G. Alff and Nico J. G. Kaptein

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fifteen − 7 =